Oleh:
Afti Ayu Putri Sinurat
E1I013037
Dosen Pengampuh
Zamdial Ir. M.si
PROGRAM STUDI ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah karena atas rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang tingkah laku ikan, sekaligus untuk memenuhi persyaratan akademik bagi mahasiswa yang berbasis kompetensi di
bidang Ilmu Kelautan.
Ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan
segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki segala kesempurnaan, sehingga
tentu masih banyak lagi rahasianya yang belum tergali dan belum kita ketahui.
Oleh karena itu penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang lebih kompeten di bidang nautika perikanan
laut, sehingga terjadi suatu sinergi yang pada akhirnya akan membuat pikiran
ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa
yang akan datang.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas atas
segala partisipasinya serta melindungi kita semua, Amien.
Bengkulu, Maret 2015
Tim Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya laut yang masih belum sempurna memaksa kita untuk
berpikir agar mampu menggarapnya dengan baik, efektif dan efesien.
Nelayan-nelayan di Indonesia
pada umumnya masih menggunakan alat tangkap tradisional yang minimalis,
contohnya: alat pancing, perahu layar atau sampan dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan suatu
keterbatasan, jadi wajar saja jika mereka belum mampu berlayar ke Samudera atau
pun Laut lepas.
Kita tidak perlu menyalahkan dengan alat apa mereka
menangkap atau pun cara mengopersikannya. Di sini kita mesti jeli dalam
menggarap atau ketika akan melakukan operasi penangkapan. Kita harus tahu
dimana kita menangkap dan dimana ikan yang akan kita tangkap itu berada. Tidak
selamanya ikan akan tetap berdiam di suatu kawasan (fishing ground) dalam waktu dan kondisi yang sama. Ikan memiliki
tingkah laku dan kebiasaan yang bebeda-beda baik dari segi waktu dan kondisi di
sekitarnya.
Manusia semakin maju dan
berkembang. Manusia terus menggali potensi tersebut dengan ilmu-ilmu baru yang
bertujuan untuk memudahkan pemanfaat sumber daya laut tersebut. Pemanfaatan
sumberdaya ikan sidat hingga saat ini masih merupakan usaha penangkapan dari
perairan umum untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Ketersediaan
ikan ini di pasaran baik kontinuitas maupun kuantitas tidak dapat dijamin dan sangat
tergantung dari keberhasilan usaha penangkapan di alam.
Dengan mempelajari tingkah laku ikan-ikan ini kita mampu
menggarap hasil yang memuaskan. Ikan sidat masih dapat ditangkap dengan alat
tangkap tradisional yang minimalis.
Ikan sidat mempunyai sifat
katadromus yakni melakukan ruaya mijah ke laut dan anak-anak sidat melakukan
ruaya kembali untuk tumbuh dewasa di perairan tawar. Ruaya merupakan bagian
terpenting dalam siklus hidup ikan sidat untuk kelangsungan proses regenerasi.
Pemutusan salah satu mata rantai siklus ini dapat mengakibatkan punahnya
sumberdaya sidat di alam karena pemijahan hanya terjadi sekali dalam hidupnya.
B. Tujuan
Makalah ini
bersifat terbuka akan masukan yang konstruktif, diharapkan dengan adanya
laporan ini setiap mahasiswa dapat:
1.
Mengetahui
tingkah laku ikan sekligus sebarannya pada musim-musim tertentu
2.
Mampu
mengaplikasikan penangkapan ikan dengan efektif dan efisien
3.
Mampu
mengembangkan teknik dan cara penangkapan ikan ditinjau dari segi tingkah laku
ikan
4.
Menjaga
kelestarian populasi ikan dengan mengetahui fase reproduksi ikan tersebut.
PEMBAHASAN
A. Jenis Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya
berjumlah 19 spesies Di
wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh spesies
ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis,
yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi,
Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan
sebelah utara Pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di
perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla bicolor pasifica
yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan
selatan Pulau Jawa), sedangkan Anguilla marmorata merupakan jenis yang
memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis.
B. Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Ikan sidat
termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan
melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat
hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa.
Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Ikan sidat
merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam
hari, terutama pada bulan gelap. Adapun klasifikasi adalah sebagai berikut
:
Phylim
: Chordata
Class
: Pisces
Ordo
: Apodes
Famili
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Spesies
: Anguilla
sp.
Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai
besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus
deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi
distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat. Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan
pertumbuhan dan fekunditas pada ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm
dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun.
Apabila sudah datang masa untuk mengadakan
ruaya, ikan sidat yang hidup dalam perairan tertutup akan keluar mencari sungai
yang menuju ke laut. Selama perjalanan sampai ke tempat pemijahan, ikan sidat
tidak makan dan mengalami perubahan akibat perjalanan tersebut. Perubahan
tersebut diantaranya adalah tubuhnya menjadi kurus, matanya membesar sampai
empat kali lipat, hidungnya semakin lancip dan warna tubuhnya berubah menjadi
warna silver. Ikan sidat mampu mencapai jarak perjalanan ruaya hingga 4000 mil.
Toleransi kedalaman untuk pemijahannya yaitu pada kedalaman 400 meter, dengan
suhu 16° – 17° C.
Di
Indonesia ikan sidat diindikasikan berpijah di Selatan Pulau Jawa, hal ini
didasarkan terdapatya larva ikan
tersebut di pantai Selatan Pulau jawa. Seperti Pelabuahan Ratu dan Cilacap.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris
yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya
tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan.
Stadia
perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis,
stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau
matang gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa
(yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat
matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah. Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra
Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera
Juvenil ikan sidat
hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus
reproduksinya. Selama
melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad
dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat
induk mencapai daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah
proses pemijahan
Waktu berpijah
sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun dengan puncak
pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk Anguilla bicolor bicolor,
Oktober untuk Anguilla marmorata, dan Mei untuk Anguilla nebulosa
nebulosa.Di perairan Segara Anakan, Anguilla
bicolor dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan
tertinggi pada bulan September.
Makanan
utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing,
serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi
pakan buatan ketika dibudidayakan. Makanan terbaik untuk sidat pada stadia
preleptochepali adalah telur ikan hiu, dengan makanan ini sidat stadia
preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.
C. Hubungan Distribusi dan Kelimpahan Ikan Sidat dengan Faktor Lingkungan
Kedatangan
juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, terutama
salinitas, debit air sungai, air tawar dan suhu. Sidat yang sedang
beruaya anadromous menunjukkan prilaku hyperaktif yang
tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Sidat juga bersifat
haphobi (menghindari massa air bersalinitas tinggi)
sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar.
Aktivitas
sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat
yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada
siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa sidat
cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah. Salinitas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap
kelimpahan. Kelimpahan sidat yang paling tinggi
terjadi pada saat bulan gelap.
Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12oC-31oC,
sidat mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC. Salinitas yang
bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm. Sidat
mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas
melalui kulit diseluruh tubuhnya. Salinitas secara tidak langsung
berpengaruh terhadap gas-gas terlarut dan daya racun
amoniak. Semakin tinggi salinitas maka kapasitas maksimum oksigen semakin
kecil. ikan sidat mempunyai kemampuan bernafas melalui kulit sekitar 60% dan
40% melalui insang. Apabila konsentrasi oksigen menurun hingga 1,0 – 2,0 ppm
maka ikan sidat akan sering muncul di permukaan air. Oksigen minimal yang
dibutuhkan oleh ikan sidat sekitar 3,0 ppm, bila kurang dari itu dan suhu
antara 20ºC – 23ºC akan mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan akan
menurun.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat 19 jenis ikan sidat 7
diantaranya tersebar di Perairan Indonesia. Ikan sidat sebagai peruaya katadrom yang pergerakannya searah dengan
arus pada waktu ia di dalam sungai, tetapi jika telah sampai di laut
pergerakannya aktif untuk mencapai daerah pemijahan. Apabila sudah datang masa
untuk megadakan ruaya, ikan sidat yang hidup dalam perairan tertutup akan keluar
mencari sungai yang menuju ke laut.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak
berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan
dapat terjadi intersex yang spontan.
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat yang
tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang
hari. Hal ini menunjukkan bahwa sidat cenderung
memilih habitat yang memiliki salinitas rendah.
Salinitas merupakan parameter yang paling berpengaruh
terhadap kelimpahan. Kelimpahan sidat yang
paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.
0 komentar:
Posting Komentar