BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rumput
laut merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan budidaya dan
mempunyai peluang pasar ekspor yang “tidak terbatas”, potensi sumber lahan yang
tersedia sangat luas dan mudah dibudidayakan.
Rumput
Laut, mungkin nama itu sudah tidak asing lagi ditelinga kita,apalagi bagi
masyarakat pesisir pantai. Namun tak banyak orang mengetahui manfaat Rumput
Laut . Banyak khasiat yang dapat kita peroleh dengan mengkonsumsi Rumput Laut.
B agi sebagian orang Rumput Laut hanya biasa digunakan sebagai bahan
pokok pembuatan agar-agar dan pelengkap es buah, namun Rumput Laut juga bisa
dimanfaatkan menjadi suatu temuan baru yang lebih unik dan bernilai tinggi.
Misalnya saja yaitu dapat dijadikan menjadi mie. Saat ini banyak orang yang
mengkonsumsi mie sebagai bahan pelengkap makanan. Sedangkan bahan dasar dalam
pembuatan mie sangat mahal juga menggunakan bahan-bahan yang berbahaya seperti
penggunaan boraks untuk pengenyal, yang sangat berbahaya untuk kesehatan.
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan hasil buminya. Baik dari hasil daratannya maupun hasil lautnya. Salah satu
hasil buminya yaitu Rumput Laut. tanaman ini tumbuh subur di Indonesia. Salah
satu daerah Indonesia yang berpotensi menghasilkan Rumput Laut yaitu Kabupaten
Probolinggo. Kabupaten Probolinggo memiliki luas sekitar 1.696,166 km2,
tepatnya pada 112051’- 113030’ Bujur Timur dan 7040’
– 8010’Lintang Selatan, berada pada ketinggian 0-2500 m dpl.
Kawasan Probolinggo menghasilkan banyak sumber biota laut yang salah
satunya adalah Rumput Laut. Tetapi sangat disayangkan, potensi laut Indonesia
yang sedemikian baiknya kurang dimanfaatkan secara optimal serta tidak
diimbangi pula dengan usaha pengembangan lebih lanjut. Sampai sejauh ini,
sebagian besar petani ikan (nelayan) hanya melakukan kegiatan pemungutan hasil
laut saja tanpa adanya usaha-usaha pengembangan. Namun demikian, ada juga
sebagian kecil yang sudah mulai dikembangkan, seperti pembudidayaan beberapa
jenis ikan, udang, dan rumput laut
1.2.Rumusan Masalah
·
Apakah pengertian rumput laut?
·
Apakah pengertian penginderaan jauh?
·
Bagaimanakah terapan penginderaan jauh dalam rumput laut?
·
Bagaimana metode atau langkah-langkah analisis terapan
penginderaan jauh dalam rumput laut?
·
Adakah contoh hasil penelitian yang sudah ada?
1.3.Tujuan
·
Menjelaskan pengertian rumput laut
·
Menjelaskan pengertian penginderaan jauh.
·
Menjelaskan terapan penginderaan jauh dalam rumput laut.
·
Menjelaskan metode atau langkah-langkah analisis terapan
penginderaan jauh dalam rumput laut.
·
Memberikan contoh hasil penelitian yang sudah ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Rumput Laut
Rumput laut
termasuk beberapa jenis (species) dari alga atau ganggang, dimana alga ini
dikenal sebagai ”vegetasi perintis” (tanaman perintis). Alga mengandung
klorofil, karotenoid, dan juga kromatophora (butiran-butiran zat warna),
seperti hijau, biru, keemasan, dan lain sebagainya.
Alga atau phyton
dalam bahasa latin mempunyai nama dan istilah Indonesia yaitu ganggang.
Ganggang ini berbeda sekali dengan ganggang (Hydrilla spp). Orang sering keliru
dalam penamaan serta pengenalannya, jadi berhati-hatilah dalam mengenali dan
memberi nama rumput laut. (Alamandeh. 2014)
Di Indonesia
sendiri, rumput laut mempunyai bermacam-macam nama, sesuai dengan daerah tempat
dia ditemukan. Di pulau Jawa dikenal dengan nama kades, ganggang atau rambu
kasang. Di pulau Bali disebut bulung, di pulau Lombok namanya lelusa. Sedang di
kepulauan Maluku dikenal dengan nama arien.
Klasifikasi dari Rumput Laut
Alga atau ganggang dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh divisi, berdasarkan pada pigmentasi yang ada di
dalam tubuh alga, yaitu :
1.
Divisi Cyanphyta (alga biru)
Tepat hidup dari alga divisi ini
umumnya di tempat lembab, air tawar, dan dapat hidup mulai dari suhu 0o-75o.
Beberapa genus (marganya) ada yang hidup bebas, epifit (hidup pada kulit
tumbuhan), epizoik (hidup pada kulit hewan), endofit (hidup dalam jaringan
tumbuhan), dan menempel pada dasar perairan, juga ada yang bersimbiosis.
Susunan tubuhnya ada yang bersel
satu (uniseluler), membentuk koloni dan filamen. Alga biru dapat melakukan
fotosintesis yang menghasilkan tepung sianofise dan sianofisin (sejenis
protein). Hal ini dikarenakan tubuhnya mengandung klorofil ”a” dengan
karotenoidnya beta (β).
2.
Divisi Chlorophyta (Alga hijau)
Divisi Chlorophyta ini dibagi
menjadi dua kelas, yaitu :
- Chlorophyceae (alga hijau)
Tempat hidupnya kelompok alga hijau
ini umumnya pada tempat yang lembab, di air tawar, payau, maupun air laut,
hidup bebas dan menempel, namun ada juga yang hidup secara epifit, endofit,
epizoik, serta bersimbiosis.
Susunan tubuhnya ada yang bersel
tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (poliseluler), tetapi ada juga di
antaranya yang membentuk kolomi dan filamen.
Alga dari divisi ini dapat melakukan
proses fotosintesis yang menghasilkan amilum dan lemak. Hal ini dikarenakan
tubuhnya mengandung klorofil “a” dan “b”, karotenoidnya alfa (α) dan beta (β).
Perkembangbiakannya secara sporik, namun ada juga yang gametik.
2. Charophyceae (alga karang)
Tempat hidupnya, umumnya di dasar
air tawar dan melekat. Susunan tubuhnya bersel tunggal, tetapi ada juga yang
bersel banyak (poliseluler).
Alga karang ini memiliki persamaan
dengan alga hijau. Persamaanya terletak pada cadangan makanannya, yaitu amilum
dan lemak. Perkembangbiakannya, umumnya secara vegetatip dan gametik.
3.
Divisi Euglenophyta
Lingkungan
hidupnya di kolom-kolom air tawar yang banyak bahan organik. Hidupnya sering
dijumpai sebagai zooplankton dan endozoik. Susunan tubuhnya bersel tunggal dan
ada sebagian yang hidupnya berkelompok. Pigmentasinya antara lain klorofil “a”
dan “b”, serta karotenoidnya beta (β). Perkembangbiakannya secara vegetatif
saja, yaitu dengan pembelahan longitudinal.
4.
Divisi Phyrophyta (alga api)
Divisi ini hanya mempunyai satu
kelas saja, yaitu Dinophyceae (alga yang gerakannya memutar) Tempat
hidup alga ini umumnya di air laut, tetapi ada juga beberapa jenisnya yang
hidup di air tawar. Tubuhnya umumnya bersel tunggal. Pigmentasi yang dimiliki
alga dari kelas Dinophyceae ini antara lain, klorofil “a” dan “c”.
Perkembangbiakannya dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun gametik.
5.
Divisi Chrysophyta (alga keemasan)
Divisi Chrysophyta atau alga
keemasan ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebagai berikut :
Xanthophyceae
Alga ini memiliki warna dominan
kekuningan. Tempat hidupnya di air tawar, laut dan juga tanah yang agak lembab,
dengan sifat hidupnya ada yang melekat dan ada pula yang bebas. Susunan tubuh
dari alga ini adalah sel tunggal, dan ada juga yang membentuk filamen dan
tubular. Pigmentasinya antara lain, klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya
dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun gametik.
Chrysophyceae
(alga keemasan)
Alga
keemasan tempat hidupnya kebanyakan di laut, tetapi ada juga yang hidup di air
tawar. Susunan tubuhnya umumnya bersel tunggal (uniseluler), dan ada juga yang
membentuk koloni-koloni. Mengandung klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya
umumnya secara vegetatif dan sporik.
Bacillariophyceae
(alga kersik, diatome)
Tempat hidup alga kersik atau
diatome ini umumnya di air laut, namun ada juga sebagian yang hidup di air
tawar dan tanah yang lembab. Susunan tubuhnya, umumnya bersel tunggal.
Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas ini antara lain, klorofil ”a” dan ”c”.
Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dan gametik
6.
Divisi Phaeophyta (alga perang)
Lingkungan
hidupnya umumnya di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup di muara
sungai yang berair payau. Susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak
(multiseluler) dan tubuhnya sudah dapat dibedakan antara helaian (lamina),
tangkai (stipe), dan pangkal yang bentuknya menyerupai akar (haptera).
Pigmentasi
yang dimiliki alga perang, antara lain, klorofil ”a” dan ”c”, sedangkan
cadangan makanannya berupa Manitol (senyawa alkohol) dan Laminarin (senyawa
karbohidrat). Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, sporik, dan
gametik.
7.
Divisi Rhodophyta (alga merah)
Tempat
hidupnya di air laut, mulai dari tepi pantai sampai laut yang agak dalam. Untuk
susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga yang
bersel tunggal (misalnya Porphyridium) dan sering juga membentuk filamen
(bengang).
Pigmentasi
yang dimiliki alga merah antara lain, klorofil ”a” dan “d”. Cadangan makanannya
berupa tepung florida. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, yaitu
dengan fragmentasi, sporik dan gametik. (Alamandeh.
2014)
2.3. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh
(atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan
kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah
objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat,
pesawat luar angkasa,
satelit,
kapal
atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan
bumi, satelit cuaca,
memonitor janin
dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa
yang memantau planet dari orbit. Inderaja berasal dari bahasa Inggris
remote sensing, bahasa Perancis
télédétection, bahasa Jerman
fernerkundung, bahasa Portugis
sensoriamento remota, bahasa Spanyol
percepcion remote dan bahasa Rusia
distangtionaya. Di masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada
teknik yang melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan
dibedakan dengan penginderaan lainnya seperti penginderaan medis
atau fotogrametri. Walaupun semua hal
yang berhubungan dengan astronomi
sebenarnya adalah penerapan dari penginderaan jauh (faktanya merupakan
penginderaan jauh yang intensif), istilah "penginderaan jauh" umumnya
lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca.
Penginderaan Jauh Menurut Para Ahli
·
American Society of
Photogrammetry
Penginderaan
jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek
atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi
kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.
·
Avery
Penginderaan
jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan
menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.
·
Campbell
Penginderaan
jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti
lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh.
·
Colwell
Penginderaaan
Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi
dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.
·
Curran
Penginderaan
Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar
lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi
yang berguna.
·
Lillesand dan Kiefer
Penginderaan
Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, wilayah,
atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji.
·
Lindgren
Penginderaan
jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis
informasi tentang bumi.
·
Welson Dan Bufon
Penginderaan
jauh adalah sebagai suatu ilmu, seni dan teknik untuk memperoleh objek, area
dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek, area
dan gejala tersebut.
2.4.
Terapan Penginderaan Jauh dalam Rumput
Laut
Pesisir mempunyai arti dan fungsi tersendiri karena
pesisir merupakan wilayah yang membatasi antara laut dan darat. Pesisir
merupakan transisi antara ekosistem dan laut dengan ekosistem kehidupan darat.
Pengelolaan dan pemanfaatan daerah pesisir belum dilaksanakan oleh pemerintah
daerah secara optimal karena hal ini sangat berhubungan dengan kewenangan yang
dimilikinya. Sejalan dengan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya, maka daerah akan mengelola dan memanfaatkan daerah pesisir
secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah. Dewasa ini,
penerapan teknologi informasi semakin berkembang pada segala aspek kehidupan
masyarakat. Salah satunya dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan pemetaan
mengenai potensi daerah pesisir dalam bentuk sistem informasi geografis.
Dengan penerapan penginderaan
jauh untuk pemetaan potensi daerah pesisir, dapat membantu
analisis untuk memilih lokasi yang tepat berdasarkan data pengukuran parameter
fisika dan kimia perairan.
Alat yang digunakan dalam penginderaan jauh adalah berupa
sensor , umumnya sensor akan dipasang pada wahana yaitu salah satunya dengan
menggunakan wahana satelit . Penggunaan satelit akan memungkinkan untuk
memonitor daerah yang sulit dijangkau dengan metode dan wahana lain. Satelit
dengan orbit tertentu dapat memonitor seluruh permukaan bumi. Satelit-satelit
yang digunakan dalam pengindraan jauh terdiri dari satelit lingkungan, cuaca
dan sumberdaya alam.( Anonim. 2010)
Lillasanddan
Kiefer (1990) menyatakan bahwa keberhasilan terapan teknik berkaitan dengan
prosedur analisisnya.Tidak ada satupun panduan sensor dan prosedur interpretasi
yang sesuai bagi semua terapan untuk inventarisasi sumberdaya dan pemantauan
lingkungan. Meskipun demikian secara konseptual, maka semua rancangan untuk
keberhasilan penginderaan jauh paling tidak harus memenuhi.
Perumusan
yang jelas yang harus dihadapi,
·
Evaluasi
potensi untuk menyesuaikan permasalahan dengan teknik penginderaan jauh,
·
Identifikasi
prosedur perolehan data penginderaanjauhyang sesuaidengan tujuan,
·
Penentuan
prosedur interpretasi data yang akan diterapkan dan pemilihan data rujukan yang
diperlukan
·
Identifikasi
kriteria yang digunakan untuk menila ikualitas informasi yang dikumpulkan.
Beberapa
contoh penerapan atau analisis teknologi penginderaan jauh kelautan pada
berbagai
tujuan pengamatan dan analisis di laut dan wilayah pesisir :
·
Deteksi daerah
potensial penangkapan ikan
·
Pemetaan daerah
ekosistem padang lamun, terumbu karan, mangrove
·
Kelayakan lokasi
untuk pengembangan, misalnya pariwisata dan budidaya perikanan
·
Pemetaan daerah
rawan bencana tsunami
Meaden
dan Kapetsky (1991) menjelaskan tentang penggunaan penginderaan
jarak jauh dibidang perikanan antara
lain:
·
Perencanaan zonasi
sumberdaya air;
·
Pemetaan zonasi
spesies biota air;
·
Pengaruh lingkungan
terhadap produksi ikan secara intensif;
·
Identifikasi daerah
dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan menyebar.
Penginderaan jauh telah digunakan dalam studi ekosistem
pesisir penting yaitu hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Suatu
tantangan yang penting dalam pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan adalah
penggunaan SIG dalam mengintegrasikan data yang berasal dari ekologi, geografi,
sosiologi dll. Peranan inderaja dalam memprediksi penurunan tangkapan di
perairan laut dunia, pada masa yang akan terkait dengaan peningkatan temperatur
telah diinvestasikan.( Ohitzujisa. 2012)
2.5.
Metode atau Langkah-langkah Analisis Terapan Penginderaan Jauh dalam Rumput
laut
Langkah awal dalam memetakan kembali hasil output atau keluaran model
adalah dengan melakukan pengelompokan nilai pada setiap elemen menurut
identitasnya yaitu nomor baris dan kolom. Pengkelasan nilai dilakukan karena
output model menghasilkan nilai yang berbeda pada masing-masing elemen,
sehingga untuk memudahkan merubah hasil output menjadi bentuk peta raster (image)
maka nilai disusun menjadi beberapa kelas. Pembagian kelas erosi dan sedimen
dilakukan berdasarkan batas nilai terbesar dan terkecil yang dihasilkan.
2.6.
Contoh Hasil Penelitian yang Sudah Ada
Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput
Laut .Kesesuaian lokasi budidaya rumput laut pada Gambar 3.7-1 merupakan hasil
overlay (tumpang susun) dari hasil peta tematik suhu permukaan laut, muatan
padatan tersuspensi, dan keterlindungan, serta informasi arus. Luas perairan
untuk wilayah yang sesuai sebesar 342,44 ha (25,22%), cukup sesuai sebesar
190,78 ha (14,05%), dan tidak sesuai sebesar 669,32 ha(49,3 %) (Tabel 3.7-1). (Arlina.2012)
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
·
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan di
bidang perikanan budidaya dan mempunyai peluang pasar ekspor yang “tidak
terbatas”, potensi sumber lahan yang tersedia sangat luas dan mudah
dibudidayakan.
·
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau
akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak
secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau
akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh,
(misalnya dari pesawat,
pesawat luar angkasa,
satelit,
kapal
atau alat lain.
·
Penerapan penginderaan
jauh dalam rumput laut, yaiutu: dapat membantu
analisis untuk memilih lokasi yang tepat berdasarkan data pengukuran parameter
fisika dan kimia perairan.
·
Metode analisis terapan
penginderaan jarak jauh dalam rumput laut yaitu dengan tahap atau kegiatan merubah hasil keluaran atau output
model ANSWERS berupa angka kembali menjadi bentuk peta/data raster.
·
Dengan penginderaan
jarak jauh maka dapat menentukan tiga lokasi budidaya rumput laut menggunakan overlay dari hasil peta tematik suhu
permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan keterlindungan, serta informasi
arus.
0 komentar:
Posting Komentar