Selasa, 21 April 2015

Terapan Penginderaan Jauh pada Rumput Laut



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
            Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan budidaya dan mempunyai peluang pasar ekspor yang “tidak terbatas”, potensi sumber lahan yang tersedia sangat luas dan mudah dibudidayakan.
            Rumput Laut, mungkin nama itu sudah tidak asing lagi ditelinga kita,apalagi bagi masyarakat pesisir pantai. Namun tak banyak orang mengetahui manfaat Rumput Laut . Banyak khasiat yang dapat kita peroleh dengan mengkonsumsi Rumput Laut.  B agi sebagian orang Rumput Laut hanya biasa digunakan sebagai bahan pokok pembuatan agar-agar dan pelengkap es buah, namun Rumput Laut juga bisa dimanfaatkan menjadi suatu temuan baru yang lebih unik dan bernilai tinggi. Misalnya saja yaitu dapat dijadikan menjadi mie. Saat ini banyak orang yang mengkonsumsi mie sebagai bahan pelengkap makanan. Sedangkan bahan dasar dalam pembuatan mie sangat mahal juga menggunakan bahan-bahan yang berbahaya seperti penggunaan boraks untuk pengenyal, yang sangat berbahaya untuk kesehatan.        
            Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil buminya. Baik dari hasil daratannya maupun hasil lautnya. Salah satu hasil buminya yaitu Rumput Laut. tanaman ini tumbuh subur di Indonesia. Salah satu daerah Indonesia yang berpotensi menghasilkan Rumput Laut yaitu Kabupaten Probolinggo. Kabupaten Probolinggo memiliki luas sekitar 1.696,166 km2, tepatnya pada 112051’- 113030’ Bujur Timur dan 7040’ – 8010’Lintang Selatan, berada pada ketinggian 0-2500 m dpl.  Kawasan Probolinggo menghasilkan banyak sumber biota laut yang salah satunya adalah Rumput Laut. Tetapi sangat disayangkan, potensi laut Indonesia yang sedemikian baiknya kurang dimanfaatkan secara optimal serta tidak diimbangi pula dengan usaha pengembangan lebih lanjut. Sampai sejauh ini, sebagian besar petani ikan (nelayan) hanya melakukan kegiatan pemungutan hasil laut saja tanpa adanya usaha-usaha pengembangan. Namun demikian, ada juga sebagian kecil yang sudah mulai dikembangkan, seperti pembudidayaan beberapa jenis ikan, udang, dan rumput laut 

1.2.Rumusan Masalah
·         Apakah pengertian rumput laut?
·         Apakah pengertian penginderaan jauh?
·         Bagaimanakah terapan penginderaan jauh dalam rumput laut?
·         Bagaimana metode atau langkah-langkah analisis terapan penginderaan jauh dalam rumput laut?
·         Adakah contoh hasil penelitian yang sudah ada?

1.3.Tujuan
·         Menjelaskan pengertian rumput laut
·         Menjelaskan pengertian penginderaan jauh.
·         Menjelaskan terapan penginderaan jauh dalam rumput laut.
·         Menjelaskan metode atau langkah-langkah analisis terapan penginderaan jauh dalam rumput laut.
·         Memberikan contoh hasil penelitian yang sudah ada.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Rumput Laut
            Rumput laut termasuk beberapa jenis (species) dari alga atau ganggang, dimana alga ini dikenal sebagai ”vegetasi perintis” (tanaman perintis). Alga mengandung klorofil,  karotenoid, dan juga kromatophora (butiran-butiran zat warna), seperti hijau, biru, keemasan, dan lain sebagainya.
            Alga atau phyton dalam bahasa latin mempunyai nama dan istilah Indonesia yaitu ganggang. Ganggang ini berbeda sekali dengan ganggang (Hydrilla spp). Orang sering keliru dalam penamaan serta pengenalannya, jadi berhati-hatilah dalam mengenali dan memberi nama rumput laut. (Alamandeh. 2014)
            Di Indonesia sendiri, rumput laut mempunyai bermacam-macam nama, sesuai dengan daerah tempat dia ditemukan. Di pulau Jawa dikenal dengan nama kades, ganggang atau rambu kasang. Di pulau Bali disebut bulung, di pulau Lombok namanya lelusa. Sedang di kepulauan Maluku dikenal dengan nama arien.
 
 Klasifikasi dari Rumput Laut
Alga atau ganggang dapat diklasifikasikan menjadi tujuh divisi, berdasarkan pada pigmentasi yang ada di dalam tubuh alga, yaitu :
1.      Divisi Cyanphyta (alga biru)
Tepat hidup dari alga divisi ini umumnya di tempat lembab, air tawar, dan dapat hidup mulai dari suhu 0o-75o. Beberapa genus (marganya) ada yang hidup bebas, epifit (hidup pada kulit tumbuhan), epizoik (hidup pada kulit hewan), endofit (hidup dalam jaringan tumbuhan), dan menempel pada dasar perairan, juga ada yang bersimbiosis.
            Susunan tubuhnya ada yang bersel satu (uniseluler), membentuk koloni dan filamen. Alga biru dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan tepung sianofise dan sianofisin (sejenis protein). Hal ini dikarenakan tubuhnya mengandung klorofil ”a” dengan karotenoidnya beta (β).
2.      Divisi Chlorophyta (Alga hijau)
Divisi Chlorophyta ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu :
  1. Chlorophyceae (alga hijau)
Tempat hidupnya kelompok alga hijau ini umumnya pada tempat yang lembab, di air tawar, payau, maupun air laut, hidup bebas dan menempel, namun ada juga yang hidup secara epifit, endofit, epizoik, serta bersimbiosis.
Susunan tubuhnya ada yang bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (poliseluler), tetapi ada juga di antaranya yang membentuk kolomi dan filamen.
Alga dari divisi ini dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan amilum dan lemak. Hal ini dikarenakan tubuhnya mengandung klorofil “a” dan “b”, karotenoidnya alfa (α) dan beta (β). Perkembangbiakannya  secara sporik, namun ada juga yang gametik.
2.      Charophyceae (alga karang)
Tempat hidupnya, umumnya di dasar air tawar dan melekat. Susunan tubuhnya bersel tunggal, tetapi ada juga yang bersel banyak (poliseluler).
Alga karang ini memiliki persamaan dengan alga hijau. Persamaanya terletak pada cadangan makanannya, yaitu amilum dan lemak. Perkembangbiakannya, umumnya secara vegetatip dan gametik.
3.      Divisi Euglenophyta
            Lingkungan hidupnya di kolom-kolom air tawar yang banyak bahan organik. Hidupnya sering dijumpai sebagai zooplankton dan endozoik. Susunan tubuhnya bersel tunggal dan ada sebagian yang hidupnya berkelompok. Pigmentasinya antara lain klorofil “a” dan “b”, serta karotenoidnya beta (β). Perkembangbiakannya secara vegetatif saja, yaitu dengan pembelahan longitudinal.
4.      Divisi Phyrophyta (alga api)
            Divisi ini hanya mempunyai satu kelas saja, yaitu Dinophyceae (alga yang gerakannya memutar) Tempat hidup alga ini umumnya di air laut, tetapi ada juga beberapa jenisnya yang hidup di air tawar. Tubuhnya umumnya bersel tunggal. Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas Dinophyceae ini antara lain, klorofil “a” dan “c”. Perkembangbiakannya dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun gametik.
5.      Divisi Chrysophyta (alga keemasan)
Divisi Chrysophyta atau alga keemasan ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebagai berikut :
Xanthophyceae
Alga ini memiliki warna dominan kekuningan. Tempat hidupnya di air tawar, laut dan juga tanah yang agak lembab, dengan sifat hidupnya ada yang melekat dan ada pula yang bebas. Susunan tubuh dari alga ini adalah sel tunggal, dan ada juga yang membentuk filamen dan tubular. Pigmentasinya antara lain, klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun gametik.
Chrysophyceae (alga keemasan)
            Alga keemasan tempat hidupnya kebanyakan di laut, tetapi ada juga yang hidup di air tawar. Susunan tubuhnya umumnya bersel tunggal (uniseluler), dan ada juga yang membentuk koloni-koloni. Mengandung klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya umumnya secara vegetatif dan sporik.
Bacillariophyceae (alga kersik, diatome)
Tempat hidup alga kersik atau diatome ini umumnya di air laut, namun ada juga sebagian yang hidup di air tawar dan tanah yang lembab. Susunan tubuhnya, umumnya bersel tunggal. Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas ini antara lain, klorofil ”a” dan ”c”. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dan gametik
6.      Divisi Phaeophyta (alga perang)
            Lingkungan hidupnya umumnya di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup di muara sungai yang berair payau. Susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak (multiseluler) dan tubuhnya sudah dapat dibedakan antara helaian (lamina), tangkai (stipe), dan pangkal yang bentuknya menyerupai akar (haptera).
            Pigmentasi yang dimiliki alga perang, antara lain, klorofil ”a” dan ”c”, sedangkan cadangan makanannya berupa Manitol (senyawa alkohol) dan Laminarin (senyawa karbohidrat). Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, sporik, dan gametik.
7.      Divisi Rhodophyta (alga merah)
            Tempat hidupnya di air laut, mulai dari tepi pantai sampai laut yang agak dalam. Untuk susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga yang bersel tunggal (misalnya Porphyridium) dan sering juga membentuk filamen (bengang).
Pigmentasi yang dimiliki alga merah antara lain, klorofil ”a” dan “d”. Cadangan makanannya berupa tepung florida. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, yaitu dengan fragmentasi, sporik dan gametik. (Alamandeh. 2014) 
 
2.3. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Inderaja berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis télédétection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya. Di masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya adalah penerapan dari penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah "penginderaan jauh" umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca.
Penginderaan Jauh Menurut Para Ahli
·         American Society of Photogrammetry 
Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.
·         Avery 
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.
·         Campbell 
Penginderaan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh.
·         Colwell 
Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.
·         Curran 
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
·         Lillesand dan Kiefer  
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji.
·         Lindgren 
Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
·         Welson Dan Bufon 
Penginderaan jauh adalah sebagai suatu ilmu, seni dan teknik untuk memperoleh objek, area dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek, area dan gejala tersebut. 
2.4. Terapan Penginderaan Jauh dalam Rumput Laut
Pesisir mempunyai arti dan fungsi tersendiri karena pesisir merupakan wilayah yang membatasi antara laut dan darat. Pesisir merupakan transisi antara ekosistem dan laut dengan ekosistem kehidupan darat. Pengelolaan dan pemanfaatan daerah pesisir belum dilaksanakan oleh pemerintah daerah secara optimal karena hal ini sangat berhubungan dengan kewenangan yang dimilikinya. Sejalan dengan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, maka daerah akan mengelola dan memanfaatkan daerah pesisir secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah. Dewasa ini, penerapan teknologi informasi semakin berkembang pada segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan pemetaan mengenai potensi daerah pesisir dalam bentuk sistem informasi geografis.
Dengan penerapan penginderaan jauh untuk pemetaan potensi daerah pesisir, dapat membantu analisis untuk memilih lokasi yang tepat berdasarkan data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan.
Alat yang digunakan dalam penginderaan jauh adalah berupa sensor , umumnya sensor akan dipasang pada wahana yaitu salah satunya dengan menggunakan wahana satelit . Penggunaan satelit akan memungkinkan untuk memonitor daerah yang sulit dijangkau dengan metode dan wahana lain. Satelit dengan orbit tertentu dapat memonitor seluruh permukaan bumi. Satelit-satelit yang digunakan dalam pengindraan jauh terdiri dari satelit lingkungan, cuaca dan sumberdaya alam.( Anonim.  2010)
Lillasanddan Kiefer (1990) menyatakan bahwa keberhasilan terapan teknik berkaitan dengan prosedur analisisnya.Tidak ada satupun panduan sensor dan prosedur interpretasi yang sesuai bagi semua terapan untuk inventarisasi sumberdaya dan pemantauan lingkungan. Meskipun demikian secara konseptual, maka semua rancangan untuk keberhasilan penginderaan jauh paling tidak harus memenuhi.
 Perumusan yang jelas yang harus dihadapi,
·            Evaluasi potensi untuk menyesuaikan permasalahan dengan teknik penginderaan jauh,
·            Identifikasi prosedur perolehan data penginderaanjauhyang sesuaidengan tujuan,
·            Penentuan prosedur interpretasi data yang akan diterapkan dan pemilihan data rujukan yang diperlukan
·            Identifikasi kriteria yang digunakan untuk menila ikualitas informasi yang dikumpulkan.
Beberapa contoh penerapan atau analisis teknologi penginderaan jauh kelautan pada
berbagai tujuan pengamatan dan analisis di laut dan wilayah pesisir :
·         Deteksi daerah potensial penangkapan ikan
·         Pemetaan daerah ekosistem padang lamun, terumbu karan, mangrove
·         Kelayakan lokasi untuk pengembangan, misalnya pariwisata dan budidaya perikanan
·         Pemetaan daerah rawan bencana tsunami

Meaden dan Kapetsky (1991) menjelaskan tentang penggunaan penginderaan jarak jauh dibidang perikanan antara lain:
·         Perencanaan zonasi sumberdaya air;
·         Pemetaan zonasi spesies biota air;
·         Pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif;
·         Identifikasi daerah dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan menyebar.
Penginderaan jauh telah digunakan dalam studi ekosistem pesisir penting yaitu hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Suatu tantangan yang penting dalam pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan adalah penggunaan SIG dalam mengintegrasikan data yang berasal dari ekologi, geografi, sosiologi dll. Peranan inderaja dalam memprediksi penurunan tangkapan di perairan laut dunia, pada masa yang akan terkait dengaan peningkatan temperatur telah diinvestasikan.( Ohitzujisa. 2012)

2.5. Metode atau Langkah-langkah Analisis Terapan Penginderaan Jauh dalam Rumput laut
Langkah awal dalam memetakan kembali hasil output atau keluaran model adalah dengan melakukan pengelompokan nilai pada setiap elemen menurut identitasnya yaitu nomor baris dan kolom. Pengkelasan nilai dilakukan karena output model menghasilkan nilai yang berbeda pada masing-masing elemen, sehingga untuk memudahkan merubah hasil output menjadi bentuk peta raster (image) maka nilai disusun menjadi beberapa kelas. Pembagian kelas erosi dan sedimen dilakukan berdasarkan batas nilai terbesar dan terkecil yang dihasilkan.
2.6. Contoh Hasil Penelitian yang Sudah Ada
            Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut .Kesesuaian lokasi budidaya rumput laut pada Gambar 3.7-1 merupakan hasil overlay (tumpang susun) dari hasil peta tematik suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan keterlindungan, serta informasi arus. Luas perairan untuk wilayah yang sesuai sebesar 342,44 ha (25,22%), cukup sesuai sebesar 190,78 ha (14,05%), dan tidak sesuai sebesar 669,32 ha(49,3 %) (Tabel 3.7-1). (Arlina.2012)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
·         Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan budidaya dan mempunyai peluang pasar ekspor yang “tidak terbatas”, potensi sumber lahan yang tersedia sangat luas dan mudah dibudidayakan.
·         Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain.
·         Penerapan penginderaan jauh dalam rumput laut, yaiutu: dapat membantu analisis untuk memilih lokasi yang tepat berdasarkan data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan.
·         Metode analisis terapan penginderaan jarak jauh dalam rumput laut yaitu dengan tahap atau kegiatan merubah hasil keluaran atau output model ANSWERS berupa angka kembali menjadi bentuk peta/data raster.
·         Dengan penginderaan jarak jauh maka dapat menentukan tiga lokasi budidaya  rumput laut menggunakan overlay dari hasil peta tematik suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi, dan keterlindungan, serta informasi arus.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Afti Ayu Putri Sinurat Template by Ipietoon Cute Blog Design