Selasa, 21 April 2015

TINGKAH LAKU IKAN SIDAT (Anguilla sp.) RESPON TERHADAP LINGKUNGAN DAN NALURI BERPIJAH

                                                 

Oleh:
Afti Ayu Putri Sinurat
E1I013037

Dosen Pengampuh
Zamdial Ir. M.si


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang tingkah laku ikan, sekaligus  untuk memenuhi persyaratan akademik  bagi mahasiswa yang berbasis kompetensi di bidang Ilmu Kelautan.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa hanya Allah  yang memiliki segala kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasianya yang belum tergali dan belum kita ketahui.
Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang lebih kompeten di bidang nautika perikanan laut, sehingga terjadi suatu sinergi yang pada akhirnya akan membuat pikiran ini bisa lebih  disempurnakan lagi dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas atas segala partisipasinya serta melindungi kita semua, Amien. 


Bengkulu, Maret 2015


                                  Tim Penulis


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya laut yang masih belum sempurna memaksa kita untuk berpikir agar mampu menggarapnya dengan baik, efektif dan efesien. Nelayan-nelayan di Indonesia pada umumnya masih menggunakan alat tangkap tradisional yang minimalis, contohnya: alat pancing, perahu layar atau sampan dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan suatu keterbatasan, jadi wajar saja jika mereka belum mampu berlayar ke Samudera atau pun Laut lepas.
Kita tidak perlu menyalahkan dengan alat apa mereka menangkap atau pun cara mengopersikannya. Di sini kita mesti jeli dalam menggarap atau ketika akan melakukan operasi penangkapan. Kita harus tahu dimana kita menangkap dan dimana ikan yang akan kita tangkap itu berada. Tidak selamanya ikan akan tetap berdiam di suatu kawasan (fishing ground) dalam waktu dan kondisi yang sama. Ikan memiliki tingkah laku dan kebiasaan yang bebeda-beda baik dari segi waktu dan kondisi di sekitarnya.
Manusia semakin maju dan berkembang. Manusia terus menggali potensi tersebut dengan ilmu-ilmu baru yang bertujuan untuk memudahkan pemanfaat sumber daya laut tersebut. Pemanfaatan sumberdaya ikan sidat hingga saat ini masih merupakan usaha penangkapan dari perairan umum untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Ketersediaan ikan ini di pasaran baik kontinuitas maupun kuantitas tidak dapat dijamin dan sangat tergantung dari keberhasilan usaha penangkapan di alam.
Dengan mempelajari tingkah laku ikan-ikan ini kita mampu menggarap hasil yang memuaskan. Ikan sidat masih dapat ditangkap dengan alat tangkap tradisional yang minimalis.
Ikan sidat mempunyai sifat katadromus yakni melakukan ruaya mijah ke laut dan anak-anak sidat melakukan ruaya kembali untuk tumbuh dewasa di perairan tawar. Ruaya merupakan bagian terpenting dalam siklus hidup ikan sidat untuk kelangsungan proses regenerasi. Pemutusan salah satu mata rantai siklus ini dapat mengakibatkan punahnya sumberdaya sidat di alam karena pemijahan hanya terjadi sekali dalam hidupnya.

B. Tujuan
Makalah ini bersifat terbuka akan masukan yang konstruktif, diharapkan dengan adanya laporan ini setiap mahasiswa dapat:
1.      Mengetahui tingkah laku ikan sekligus sebarannya pada musim-musim tertentu
2.      Mampu mengaplikasikan penangkapan ikan dengan efektif dan efisien
3.      Mampu mengembangkan teknik dan cara penangkapan ikan ditinjau dari segi tingkah laku ikan
4.      Menjaga kelestarian populasi ikan dengan mengetahui fase reproduksi ikan tersebut.



PEMBAHASAN

A. Jenis Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh spesies ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi, Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah utara Pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan Anguilla marmorata merupakan jenis yang memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis.

B. Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.)

Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa. 
Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia.  Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap. Adapun  klasifikasi adalah sebagai berikut :
Phylim                   : Chordata
Class                      : Pisces
Ordo                      : Apodes
Famili                    : Anguillidae
Genus                    : Anguilla
Spesies                  : Anguilla sp.
Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah.  Hal ini menunjukkan bahwa perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi  distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat.  Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun.
 Apabila sudah datang masa untuk mengadakan ruaya, ikan sidat yang hidup dalam perairan tertutup akan keluar mencari sungai yang menuju ke laut. Selama perjalanan sampai ke tempat pemijahan, ikan sidat tidak makan dan mengalami perubahan akibat perjalanan tersebut. Perubahan tersebut diantaranya adalah tubuhnya menjadi kurus, matanya membesar sampai empat kali lipat, hidungnya semakin lancip dan warna tubuhnya berubah menjadi warna silver. Ikan sidat mampu mencapai jarak perjalanan ruaya hingga 4000 mil. Toleransi kedalaman untuk pemijahannya yaitu pada kedalaman 400 meter, dengan suhu 16° – 17° C.
Di Indonesia ikan sidat diindikasikan berpijah di Selatan Pulau Jawa, hal ini didasarkan  terdapatya larva ikan tersebut di pantai Selatan Pulau jawa. Seperti Pelabuahan Ratu dan Cilacap.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan.
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah.  Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus reproduksinya. Selama melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah proses pemijahan
Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk Anguilla bicolor bicolor, Oktober untuk Anguilla marmorata, dan Mei untuk Anguilla nebulosa nebulosa.Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada bulan September.
Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika dibudidayakan. Makanan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah telur ikan hiu, dengan makanan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.

C. Hubungan Distribusi dan Kelimpahan Ikan Sidat dengan Faktor Lingkungan

Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, terutama salinitas, debit air sungai, air tawar dan suhu.  Sidat yang sedang beruaya anadromous menunjukkan prilaku hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Sidat juga bersifat haphobi (menghindari massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar.
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari.   Hal ini menunjukkan bahwa sidat cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah. Salinitas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan.  Kelimpahan sidat yang paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.
Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12oC-31oC, sidat mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC.  Salinitas yang bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm.  Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya. Salinitas secara tidak langsung berpengaruh terhadap gas-gas terlarut dan daya racun amoniak. Semakin tinggi salinitas maka kapasitas maksimum oksigen semakin kecil. ikan sidat mempunyai kemampuan bernafas melalui kulit sekitar 60% dan 40% melalui insang. Apabila konsentrasi oksigen menurun hingga 1,0 – 2,0 ppm maka ikan sidat akan sering muncul di permukaan air. Oksigen minimal yang dibutuhkan oleh ikan sidat sekitar 3,0 ppm, bila kurang dari itu dan suhu antara 20ºC – 23ºC akan mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan akan menurun.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat 19 jenis ikan sidat 7 diantaranya tersebar di Perairan Indonesia. Ikan sidat sebagai peruaya katadrom yang pergerakannya searah dengan arus pada waktu ia di dalam sungai, tetapi jika telah sampai di laut pergerakannya aktif untuk mencapai daerah pemijahan. Apabila sudah datang masa untuk megadakan ruaya, ikan sidat yang hidup dalam perairan tertutup akan keluar mencari sungai yang menuju ke laut.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan.
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari.   Hal ini menunjukkan bahwa sidat cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah. Salinitas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan.  Kelimpahan sidat yang paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Afti Ayu Putri Sinurat Template by Ipietoon Cute Blog Design